Capres Anies Baswedan Anies Baswedan kerap disebut pandai merangkai kata oleh lawan politiknya. Bahkan, sebutan tersebut kerap dilontarkan lawan politiknya di berbagai kesempatan.
Anies Baswedan pun menyangkal tudingan tersebut, dikutip dari situs pejuangkantoran ada satu hal paling diingat saat Anies Baswedan terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta. Saat itu, Anies mengatakan dalam pidatonya bahwa kemenangannya adalah kemenangan pribumi yang selama ini dijajah.
Tentunya, ungkapan capres Anies saat itu mengundang tanda tanya besar. Sampai suatu hari, Anies Baswedan memberikan konfirmasi mengenai maksud ucapannya tersebut oleh Andi F. Noya dalam acara Kick Andy. Anies menyebutnya sebagai salah satu contoh bagaimana sebuah kenyataan digaungkan dengan pesan berbeda.
Anies Baswedan juga mengaku saat itu berbicara tentang masa lalu, bukan masa sekarang. Anies juga mengakui saat itu berbicara mengenai Jakarta yang dahulu di bawah kolonialisme atau dalam masa penjajahan Jepang dan Belanda.
Sementara Andy dalam acara Kick Andy mengatakan ada perbedaan ucapan capres dan lawan politiknya, Anies Baswedan tetap pada pendiriannya yang tak merangkai kata. Apalagi, Anies bertugas sesuai peraturan yang berlaku dan merangkul semua pihak.
Walaupun Andy berusaha mencari jawaban capres Anies Baswedan lebih dalam, Anies tetap pada pendiriannya yang menyangkal tudingan pandai merangkai kata. Apalagi, bukan dirinya yang membuat masyarakat semakin terpecah karena perpecahan tersebut sudah lama terjadi sebelum capres Anies masuk ke dalam ruang lingkup politik dan dikenal luas.
Capres Anies Baswedan juga menyatakan, ingin mengembalikan kekacauan yang sudah terjadi sebelum dirinya menjadi calon gubernur. Anies berharap, setelah pemilihan presiden dan berhasil memenangkan pilpres bisa mewujudkan keinginannya tersebut.
Anies juga menyangkal tudingan yang menganggap dirinya membiarkan perpecahan di masyarakat dan mengambil manfaat dari situasi tersebut. Dengan bijak, capres Anies mengatakan hal itu adalah keinginan orang lain untuk dirinya. Bahkan saat ada isu mengenai larangan menyolatkan jenazah yang memilih pemimpin non-muslim, capres Anies datang ke tempat tersebut dan membuat surat pernyataan tak boleh ada larangan tersebut.
Tudingan pandai merangkai kata juga melekat pada Anies perihal sumur resapan yang gagal. Ada juga ungkapan pedih mengenai kata-kata Anies dengan jargonnya “Lihat rekam jejak saya.” Ditambah lagi, tersebar di media sosial yang menampilkan hanya ada rekam jejak buruk Anies. Tentunya, capres Anies tetap tenang menanggapinya dan membantah hal tersebut.
Capres Anies mengklarifikasi bahwa program sumur resapan yang diusung tidak gagal. Buktinya, di tempat yang dibangun sumur resapan akan surut dengan cepat. Walaupun belum sempurna karena sebagian kontraktor yang mengerjakan ada yang rapi dan tidak rapi.
Capres Anies mengatakan, bahkan sumur yang tidak sempurna tersebut yang difoto dan diviralkan di media sosial. Otomatis, masyarakat awam percaya dan menghakimi capres Anies.
Walaupun polemiknya menjadi capres beragam, Anies tetap optimis dan tetap merangkul semua pihak. Anies yakin dan akan berupaya agar kepemimpinannya kelak bermanfaat untuk semua pihak.